Sabtu, 12 April 2014

Jilbabku karena Allah :)

Banyak syubhat di lontarkan kepada kaum muslimah yang ingin berjilbab. Syubhat yang 'ngetrend' dan biasa kita dengar adalah "Buat apa berjilbab kalau hati kita belum siap, belum brsih, masih suka 'ngerumpi' berbuat maksiat dan dosa-dosa lainnya, percuma dong pake jilbab! Yang penting kan hati! "

Syubhat lainnya lagi adalah "Liat tuh kan hadits yang berbunyi: "Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk(rupa) kalian tapi Allah melihat pd hati kalian..! Jadi yang wajib adalah hati,menghijabi hati. Kalau hati kita baik maka baik pula keislaman kita walau kita tidak berkerudung! "

Siapapunun yang berfikiran dan berpendapat demkian maka wajiblah baginya untuk bertaubat kepada Allah Ta'ala memohon ampun atas kejahilannya dalam memahami syariat yang mulia ini. Jika agama hanya berlandaskan pada akal dan perasaan maka rusaklah agama ini. Bila agama hanya didasarkan kepada orang-orang yang hatinya baik dan suci, maka tengoklah disekitar kita ada orang-orang yang beragama Nasrani, Hindu atau Budha dan lainnya . Lihatlah dengan seksama ada diantara mereka yang sangat baik hatinya, lemah lembut,dermawan, bijaksana. Apakah kamu setuju untuk mengatakan mereka adalah muslim? Tentu akal kamu akan mengatakan "tentu tidak! karena mereka tidak mengucpkan syahadatain, mereka tidak memeluk islam, perbuatan mereka menunjukkan mereka bukan orang islam".


Sebenarnya apa sih hakikat jilbab yang sebenarnya?
Di kutip dari satu artikel, hakekat jilbab adalah hijab lahir batin. Hijab mata dari memandang lelaki yang bukan mahram. Hijab lidah dari berghibah dan kesia-siaan, usahakan selalu berdzikir kepada Allah SWT. Hijab telinga dari mendengar perkara yang mengundang. Hijab hidungmu dari mencium cium segala yang berbau busuk. Hijab tangan-tangan dari berbuat yang tidak senonoh. Hijab kaki dari melangkah menuju maksiat. Hijab pikiran dari berpikir yang mengundang syetan untuk memperdayai nafsu. Hijab hati dari sesuatu selain Allah SWT (coba deh baca satu kisah nyata di ukimedia.wordpress.com , cukup menarik).

Bagi yang belum berjilbab, bukan halangan untuk berjilbab meski merasa diri masih kurang baik akhlaknya. Jilbab itu wajib lho. Sedangkan akhlak masih bisa diperbaiki seiring dengan berjalannya niat. Akhlak dan Jilbab adalah 2 hal yang berbeda.

Selama ini yang kita lihat adalah fenomena munculnya istilah jilbab gaul. Apa sih maksudnya? Coba deh lagi-lagi, bandingkan antara jilbab yang gaul dengan jilbab yang syar’i. Sinkron gak antara istilah keduanya. Ingat, berjilbab bukan cuma karena ingin ikut-ikutan model lho, bukan cuma karena pengen tampil beda, bukan karena ada orang bilang “eh, kamu kelihatan lebih cantik loh kalau berjilbab..bla..bla..bla..” lantas akhirnya kamu berjilbab, atau karena ada pihak bukan muhrim “cowok idaman” yang kamu kagumi ternyata suka tipe cewek berjilbab lantas kamu berlomba-lomba dalam berjilbab, he…. Aduh, bukan itu atuh neng maksudnya…. Niat berjilbabnya sih dah bagus, tapi kembali lagi kita ke niat awal yakni “Lillahi ta’ala”, karena mengharapkan ridho dariNya. 

Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu serta para wanita kaum beriman agar mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka.Yang demikian itu agar mereka mudah dikenal dan tidak diganggu orang. Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Al Ahzab: 59)

Mungkin sebagian dari kamu sudah tau. Coba deh lihat di Al-Ahzab: 59 dan An Nuur: 31. Nah, kamu sudah mahfum kan maksudnya. Jadi arti berjilbab itu sendiri bukan hanya sekedar untuk menutupi bagian kepala yang tak layak dipandang oleh selain muhrim saja tetapi jilbab juga harus menutup dada (share aja yah…, bukan maksud menggurui, tetapi menyampaikan sesuatu yang diketahui, kan katanya “Sampaikanlah walaupun se-ayat” :D ). 

Analoginya jilbab itu sebagai kerang, maka dirimulah mutiaranya, yang tetap terlindungi hingga suatu saat nanti menjadi yang terindah.

Atau ada analogi lain kalau seorang muslimah yang menghijabi dirinya itu diibaratkan secantik bunga mawar yang dilindungi oleh duri, jadi nggak gampang dipetik begitu saja.. kecuali setelah Allah SWT mendatangkan jodohnya..

Lagi-lagi neh kalau udah bicara tentang model or bahasa nge-trend-nya “fashion”. Dikit-dikit komentar, dikit-dikit ini lah, itulah, cape deh akhirnya… Temannya pake jilbab kebesaran dikit atau ukurannya terlalu lebar dikomentarin, temannya lagi rajin-rajinnya ikut program kajian akhwat diledekin, dikit-dikit komentar. Aduh, maunya gimana sih?! Udah gitu yang dikomentarin “jilbabnya kelebaran” angguk-angguk saja, langsung salah tingkah, pulang nyampe kamar langsung berpose di depan kaca seharian, miring sana miring sini nyari troubleshooting jilbabnya yang dibilang kelebaran. Eh, besoknya dah ganti penampilan, jilbabnya mini, dah gitu tuh kepala kelihatan kayak lollypop gitu. Yaelah, cuma dibilang jilbabnya kelebaran aja dah langsung nyerah. Pe-De aja lagi… Kata orang “Biarlah orang melihatku seperti karung goni lewat, tapi Allah akan semakin cinta padaku..”.He..he..hiperbolis yak! Lagian ngapain juga peduli kata orang, jilbab syar’i kan lebih keren ketimbang jilbab yang gaul tapi memamerkan perhiasan kita ke pihak yang tak berhak :p 
Tau malu dongs…

Nah, mulai sekarang cobalah untuk berganti haluan, munculkan “hasrat untuk berubah”. Perbanyak baca buku-buku tentang menjadi muslimah yang baik, serius mengikuti kajian (jangan pengen ngabur mulu dong, apalagi tidur saat kajian, seminggu sekali doankk), banyak cari tau, and yang jelas cuek sama komentar orang yang jelas-jelas itu bertentangan dengan ajaran Islam. Dan yang so pasti, kehidupan di dunia memang heterogen. Jadi bertahanlah dan 
cari filter yang kuat supaya tidak mudah terpengaruh hasutan dan komentar , apalagi yang datangnya dari bukan sesama muslim (jujur aja nih..!). 

Yang jelas, wanita itu merupakan salah satu pondasi umat. Jikalau muslimahnya bagus, maka umat akan ikut bagus, namun jikalau akhlak muslimahnya saja hancur, maka umat akan ikut hancur.

Nah, menurut beberapa artikel islami, salah satu sasaran kaum kafir untuk menghancurkan Islam adalah cukup dengan menghancurkan akhlak muslimahnya, maka ikut hancurlah semuanya. Makanya wahai ukhti fillah saudaraku, renungkanlah….! Jangan budayakan “cuek bebek”, ga peduli sama perkembangan umat. Bagi yang sudah tahu, amalkanlah. Jangan asal ngikut, kayak bebek aja. Dan aku pun terus belajar melebarkan dan memanjangkan jilbabku :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar